Minggu, 20 Oktober 2013

Bahasa baku dan Bahasa Tidak Baku

 Makalah Bahasa Indonesia
Bahasa Baku dan Bahasa Tidak Baku





oleh :
Nurul Latifah
Wanda Sruni
Heny Pertiwi
Yayang Moch. Nadief
Euis Emilia Purwanti
Lia Wandani




Program Studi Farmasi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pakuan



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................   i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................   ii
BAB  I PENDAHULUAN  
      A.    Latar Belakang............................................................................................................   1
      B.    Rumusan Masalah........................................................................................................   1
      C.    Tujuan..........................................................................................................................   1
BAB  II  PEMBAHASAN
      A.    Kata Baku....................................................................................................................   2
      B.    Kata Tidak Baku..........................................................................................................   11

BAB III PENUTUP
      A.    Kesimpulan..................................................................................................................   17
     
DAFTAR PUSTAKA














BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang                                                      
Manusia adalah makhluk sosial. Jadi, tidak ada alasan bagi seseorang untuk tidak berkomunikasi dengan orang lain. Karena mustahil bagi seseorang tersebut untuk dapat  hidup sendirian di dunia ini.Berdasarkan pernyataan di atas, nampaknya komunikasi adalah hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Tapi pada saat berkomunikasi, mereka (atau bahkan kita) sering kali mengabaikan kata-kata yang mereka lontarkan kepada lawan bicaranya. Sebut saja,mereka menggunakan kata-kata gaul dan melupakan kata-kata baku yang baik dan benar.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini adalah sebagai berikut: 
1. Apakah pengertian dari kata baku?  berikut contohnya.
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka terdapat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Mengerti apa yang dimaksud dengan kata baku !
2.Mengetahui contoh-contoh kata baku dan tidak baku.





BAB II
A. Kata Baku
Kata-kata bakuadalah kata standar yang benarmenurutdalampembahasanBahasa Indonesia yang menjadibahasastandardanacuan yang digunakansehari-haridalammasyarakat.
Sebagai bahasa yang hidup, bahasa Indonesia telah dan akan terus mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan masyarakat pemakainya. Luasnya wilayah pemakaian bahasa Indonesia dan keanekaragaman penuturnya serta cepatnya perkembangan masyarakat telah mendorong berkembangnya berbagai ragam bahasa Indonesia dewasa ini. Kenyataan bahwa bahasa Indonesia digunakan oleh kelompok-kelompok masyarakat penutur yang berbeda latar belakangnya baik dari segi geografis maupun dari segi sosial menyebabkan munculnya berbagai ragam kedaerahan (ragam regional) dan sejumlah ragam sosial.
Salah satu jenis ragam sosial yang berkaitan dengan pokok bahasan makalah ini adalah ragam bahasa Indonesia yang lazim digunakan oleh kelompok yang menganggap dirinya terpelajar. Ragam ini diperoleh melalui pendidikan formal di sekolah. Karena itu, ragam ini lazim juga disebut ragam bahasa (Indonesia) sekolah. Ragam ini juga disebut ragam (bahasa) tinggi. Dalam kaitan ini patut dicatat bahwa bahasa Melayu yang diikrarkan sebagai bahasa Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928 tentulah ragam bahasa Melayu Tinggi pada waktu itu. Ragam bahasa kaum terpelajar itu biasanya dianggap sebagai tolok untuk pemakaian bahasa yang benar. Oleh karena itulah maka ragam bahasa sekolah itu disebut juga Ragam Bahasa Baku (lihat Alwi et al. 1993).
Mengingat ragam bahasa baku itu digunakan untuk keperluan berbagai bidang kehidupan yang penting, seperti penyelenggaraan negara dan pemerintahan, penyusunan undang-undang, persidangan di pengadilan, persidangan di DPR dan MPR, penyiaran berita melalui media elektronik dan media cetak, pidato didepan umum, dan tentu saja penyelenggaraan pendidikan, maka ragam bahasa baku cenderung dikaitkan dengan situasi pemakaian yang resmi. Dengan kata lain, penggunaan ragam baku menuntut penggunaan gaya bahasa yang formal.
Dalam hubungan dengan gaya itu, perlu dicatat perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulisan. Dari segi gaya, ragam bahasa tulisan cenderung kata-katanya lebih terpilih dan kalimat-kalimatnya lebih panjang-panjang, tetapi lebih tertata rapi. Dengan kata lain, persoalan lafal yang menjadi persoalan pokok makalah ini tidak berkaitan langsung dengan perbedaan ragam bahasa yang Indonesia lisan dan ragam bahasa Indonesia tulisan. Lafal bahasa Indonesia yang dipersoalkan dalam makalah ini adalah lafal (baku) yang dianggap baik untuk digunakan ketika berbahasa Indonesia baku dengan memakai bunyi sebagai sarananya baik dengan cara berbicara maupun dengan cara membaca.
Ciri-Ciri Bahasa Baku
1.      Komunikasi resmi, yakni dalam surat menyurat resmi, surat menyurat dinas,
pengumuman-pengumuman yang dikeluarkan oleh instansi resmi, perundang-undangan, penamaan dan peristilahan resmi, dan sebagainya.
2.      Wacana teknis seperti dalam laporan resmi, karang ilmiah, buku pelajaran,
dan sebagainya.
3.      Pembicaraan didepan umum, seperti dalam ceramah, kuliah, pidato dan
sebagainya.
4.       Pembicaraan dengan orang yang dihormati dan sebagainya.

Contoh- contoh bahasa dan kata Baku      :
1.        Surat anda sudah saya terima.
2.        Acara berikutnya akan kami putarkan lagu-lagu perjuangan.

Fungsi Lafal Baku Bahasa Indonesia
Lafal merupakan perwujudan kata-kata dalam bentuk untaian-untaian bunyi. Lafal merupakan aspek utama penggunaan bahasa secara lisan. Dalam hubungan itu, lafal baku dapat dipandang sebagai perwujudan ragam bahasa baku dalam bentuk untaian bunyi ketika berlangsung komunikasi verbal secara lisan yang menuntut penggunaan ragam baku. Persoalannya adalah peristiwa komunikasi lisan apa saja yang menuntut penggunaan ragam baku.
Dari empat fungsi bahasa yang menuntut ragam baku itu, hanya dua yang terakhir yang langsung berkaitan dengan komunikasi verbal secara lisan. Dengan kata lain, lafal baku perlu digunakan dalam pembicaraan di depan umum, seperti kuliah, ceramah, khotbah, pidato, dan sebagainya. atau dalam pembicaraan dengan orang yang dihormati seperti pembicaraan dengan atasan, dengan guru, dengan orang yang baru dikenal dsb.
Dalam hubungan dengan fungsi sosial bahasa baku itu, Moeliono (1975) mencatat empat fungsi pokok, yaitu:
·         fungsi pemersatu;
·         fungsi penanda kepribadian;
·         fungsi penanda wibawa;dan
·         fungsi sebagai kerangka acuan.
Dengan demikian,lafal baku sebagai perwujudan bahasa baku secara fonetis mempunyai fungsi sosial sebagai pemersatu, penanda kepribadian, penanda wibawa, dan sebagai kerangka acuan.
Pengikraran bahasa Melayu (tinggi) sebagai bahasa Indonesia 70 tahun lalu merupakan peristiwa bersejarah yang sangat penting dalam proses perkembangan bangsa Indonesia yang bersatu. Sulit untuk dibayangkan apa yang akan terjadi dengan bangsa Indonesia yang terdiri atas ratusan suku bangsa dengan latar belakang kebahasaan yang ratusan pula dan menyebar di kepulauan Nusantara yang luas ini jika tidak ada satu bahasa sebagai alat komunikasi antara satu dengan lain. Kehadiran suatu lafal baku yang perlu digunakan sebagai tolok dalam berbahasa lisan pada peristiwa-peristiwa tutur resmi yang melibatkan pendengar dari berbagai kelompok suku tentulah merupakan suatu keharusan. Fungsi kepribadian lafal baku akan tampak bila kita terlibat dalam pergaulan antarbangsa. Melalui bahasa lisan seseorang, kita dapat mengenal apakah dia menggunakan logat asing ataukah logat baku. Orang asing yang belajar bahasa Indonesia dapat saja mencapai penguasaan bahasa Indonesia yang sangat baik namun itu biasanya terbatas pada bahasa tulisan. Atau, kemungkinan lain, dapat saja kita terlibat dalam percakapan dengan bangsa serumpun, misalnya dengan orang Malaysia atau Brunei Darussalam. Dari segi perawakan tentu sulit untuk membedakan satu sama lain, tetapi melalui logat/dialek yang digunakan kita dapat mengenal apakah seseorang termasuk bangsa Indonesia atau tidak.
Fungsi penanda wibawa lafal baku merupakan suatu fungsi yang mempunyai nilai sosial yang tinggi dalam suatu masyarakat. Kemampuan seseorang dalam menggunakan lafal baku cenderung akan ditafsirkan bahwa orang itu adalah orang terpelajar dan karena itu patut disegani. Kewibawaan lafal baku tampak jelas dalam pergaulan sehari-hari. Dalam senda gurau tidak pernah kita mendengar lafal baku dijadikan bahan olok-olok. Pada umumnya yang kita dengar adalah logat (lafal) yang bersifat kedaerahan.
Fungsi lafal baku sebagai kerangka acuan berarti bahwa lafal baku dengan perangkat kaidahnya menjadi ukuran atau patokan dalam berbahasa Indonesia secara lisan pada situasi-situasi komunikasi yang resmi.
Faktor Penunjang dan Penghambat Pertumbuhan Lafal Baku
Dengan faktor pendukung pertumbuhan lafal baku di sini dimaksudkan semua faktor yang dianggap memberikan dampak positif terhadap kehadiran lafal baku bahasa Indonesia. Sebaliknya, faktor penghambat pertumbuhan lafal baku adalah semua faktor yang dianggap memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan/kehadiran lafal baku bahasa Indonesia. Oleh karena itu, pembicaraan pada seksi ini akan mencoba mengidentifikasi beberapa isu atau masalah yang bertalian dengan lafal baku kemudian melihat apa segi positifnya dan apa segi negatifnya. Masalah yang bertalian dengan lafal baku yang akan disorot dalam hubungan ini meliputi:
Fungsi bahasa Indonesia baku, termasuk lafalnya, sebagai alat pemersatu bangsa secara umum dapat dikatakan telah berjalan dengan baik. Hampir sebagian besar bangsa Indonesia telah dapat mengerti bahasa Indonesia. Namun, di sisi lain penetapan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan telah pula mengakibatkan sebagian masyarakat yang belum menguasai atau dianggap belum mahir berbahasa Indonesia secara tidak sadar telah menciptakan pengotak-ngotakan masyarakat bangsa ini atas yang mahir berbahasa Indonesia dan yang tidak mahir berbahasa Indonesia. Upaya untuk mengendalikan pertumbuhan bahasa melalui perencanaan bahasa sesungguhnya merupakan upaya perencanaan perbedaan antara yang mahir dan yang kurang mahir berbahasa Indonesia termasuk lafalnya.
Penilaian ragam bahasa baku sebagai ragam yang berwibawa dan bergengsi dengan segala konotasinya telah menjadi salah satu alasan mengapa perlu ada ragam baku dan bahwa setiap warga negara perlu diberi kesempatan yang sama untuk mempelajari dan menguasai ragam bahasa baku, termasuk lafal baku itu.
Upaya Pembakuan Lafal Bahasa Indonesia
Adanya ragam baku, termasuk lafal baku, untuk bahasa Indonesia merupakan tuntutan Sumpah Pemuda dan UUD 1945. Pengikraran bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan dengan nama bahasa Indonesia menuntut setiap orang Indonesia untuk bisa berkomunikasi satu sama lain baik secara lisan maupun secara tertulis dalam bahasa persatuan. Penetapan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara berarti bahwa segala bentuk kegiatan dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara dilakukan dalam bahasa Indonesia. Semua kegiatan komunikasi verbal dalam bahasa Indonesia itu, secara lisan atau secara tertulis, hanya akan mencapai hasil yang baik jika ada semacam rujukan yang dimiliki bersama--dalam hal ini ragam baku bahasa Indonesia. Untuk keperluan berbahasa lisan tentu saja dibutuhkan lafal baku.


B. Kata Tidak Baku
Menurut Suharianto Bahasa tidak Baku (nonstandar) adalah salah satu variasi bahasa yang tetap hidup dan berkem-bang sesuai dengan fungsinya, yaitu dalam pemakain bahasa tidak resmi.Pembahasan ragam bahasa tidak baku oleh penulis tidak akan secara lebar diterangkan, karena ragam bahasa baku merupakan sistem paradoks dari bahasa baku. Berdasarkan penggunaannya bahasa ini lebih banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dalam percakapan santai.
Berikut adalah  penyebab ketidakbakuan kalimat dalam Bahasa Indonesia :
Ø    PEMBOROSAN PENGGUNAAN KATA
Kemarin dia bertanding di Beijing di mana ia kalah angka.
Kemarin, dia bertanding di Beijing dan kalah.
Tujuan daripada pertemuan itu adalah pembuatan kesepakatan.
Tujuan pertemuan itu adalah pembuatan kesepakatan.

Ø    PENGGUNAAN KONJUNSI GANDA
Karena, maka
-          Karena nilai kurang dari batas minimal, maka Ia tak dapat diterima sebagai siswa. Karena sakit maka Ia tidak masuk sekolah
Meskipun, tetapi
-          Meskipun kita tidak berperang, tetapi kita harus waspada. Meskipun turun
hujan, tetapi Ia pergi juga ke sekolah.
Walaupun, namun
-          Walaupun keringat membasahi seluruh badan, namun ia tetap bekerja.
-          Walaupun mereka maju bersama-sama, namun mereka belum dapatmengalahkannya.


Ø  PELESAPAN SALAH SATU FUNGSI KALIMAT
-          Ketika diangkat menjadi ketua organisasi, tidak memperlihatkan kelebihannya.
-          Ketika diangkat menjadi ketua organisasi, dia tidak memperlihatkan kelebihannya.


























BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Sebagai kesimpulan dari makalah ini adalah dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa kata baku adalah kata standar yang benar menurut dalam pembahasan bahasa Indonesia yang menjadi bahasa standar dan acuan yang digunakan sehari-hari dalam masyarakat.dan digunakan dalam percakapan resmi. Sedangka bahasa yang tidak baku, yaitu bahasa yang digunakan dalam percakapan sehari-hari.

B.     Saran
Dengan demikian sebagai penulis makalah ini kami meminta saran dan kritik dimana masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki agar teman-teman Mahasiswa yang membaca ataupun Dosen pembimbing agar memberikan masukan demi kesempurnaan penulisan Makalah yang berjudul “Kata Baku dan Tidak Baku











DAFTAR PUSTAKA


Abdul Chaer, (1984). Tata Bahasa Pendidikan Bahasa Indonesia. Laporan penelitian untuknpusat pembinaan dan pengembangan Bahasa. Bahasa Indonesia Baku. Jakarta: FPBS-IKIP Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar