Makalah Bahasa Indonesia
Bahasa Baku dan Bahasa Tidak Baku
oleh :
Nurul Latifah
Wanda Sruni
Heny Pertiwi
Yayang Moch. Nadief
Euis Emilia Purwanti
Lia Wandani
Program Studi Farmasi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pakuan
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................ 1
C. Tujuan.......................................................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kata Baku.................................................................................................................... 2
B. Kata Tidak Baku.......................................................................................................... 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Manusia
adalah makhluk sosial. Jadi, tidak ada alasan bagi seseorang untuk
tidak berkomunikasi dengan orang lain. Karena mustahil bagi seseorang
tersebut untuk dapat hidup sendirian di
dunia ini.Berdasarkan pernyataan di atas, nampaknya komunikasi adalah hal yang
sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Tapi pada saat berkomunikasi,
mereka (atau bahkan kita) sering kali mengabaikan kata-kata yang mereka
lontarkan kepada lawan bicaranya. Sebut saja,mereka menggunakan kata-kata gaul
dan melupakan kata-kata baku yang baik dan benar.
B.
Rumusan Masalah
Rumusan
masalah yang terdapat dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian dari kata baku? berikut contohnya.
C. Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka terdapat rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Mengerti apa yang dimaksud dengan kata baku
!
2.Mengetahui contoh-contoh kata baku dan tidak baku.
BAB II
A.
Kata Baku
Kata-kata bakuadalah kata standar yang benarmenurutdalampembahasanBahasa
Indonesia yang menjadibahasastandardanacuan yang
digunakansehari-haridalammasyarakat.
Sebagai
bahasa yang hidup, bahasa Indonesia telah dan akan terus mengalami perubahan
sejalan dengan perkembangan masyarakat pemakainya. Luasnya wilayah pemakaian
bahasa Indonesia dan keanekaragaman penuturnya serta cepatnya perkembangan
masyarakat telah mendorong berkembangnya berbagai ragam bahasa Indonesia dewasa
ini. Kenyataan bahwa bahasa Indonesia digunakan oleh kelompok-kelompok masyarakat
penutur yang berbeda latar belakangnya baik dari segi geografis maupun dari
segi sosial menyebabkan munculnya berbagai ragam kedaerahan (ragam regional)
dan sejumlah ragam sosial.
Salah
satu jenis ragam sosial yang berkaitan dengan pokok bahasan makalah ini adalah
ragam bahasa Indonesia yang lazim digunakan oleh kelompok yang menganggap
dirinya terpelajar. Ragam ini diperoleh melalui pendidikan formal di sekolah.
Karena itu, ragam ini lazim juga disebut ragam bahasa (Indonesia) sekolah. Ragam ini juga disebut ragam (bahasa) tinggi. Dalam kaitan ini patut
dicatat bahwa bahasa Melayu yang diikrarkan sebagai bahasa Indonesia pada
tanggal 28 Oktober 1928 tentulah ragam bahasa Melayu Tinggi pada waktu itu.
Ragam bahasa kaum terpelajar itu biasanya dianggap sebagai tolok untuk
pemakaian bahasa yang benar. Oleh karena itulah maka ragam bahasa sekolah itu
disebut juga Ragam Bahasa Baku (lihat
Alwi et al. 1993).
Mengingat
ragam bahasa baku itu digunakan untuk keperluan berbagai bidang kehidupan yang
penting, seperti penyelenggaraan negara dan pemerintahan, penyusunan
undang-undang, persidangan di pengadilan, persidangan di DPR dan MPR, penyiaran
berita melalui media elektronik dan media cetak, pidato didepan umum, dan tentu
saja penyelenggaraan pendidikan, maka ragam bahasa baku cenderung dikaitkan
dengan situasi pemakaian yang resmi. Dengan kata lain, penggunaan ragam baku
menuntut penggunaan gaya bahasa yang formal.
Dalam
hubungan dengan gaya itu, perlu dicatat perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam
bahasa tulisan. Dari segi gaya, ragam bahasa tulisan cenderung kata-katanya
lebih terpilih dan kalimat-kalimatnya lebih panjang-panjang, tetapi lebih
tertata rapi. Dengan kata lain, persoalan lafal yang menjadi persoalan pokok
makalah ini tidak berkaitan langsung dengan perbedaan ragam bahasa yang
Indonesia lisan dan ragam bahasa Indonesia tulisan. Lafal bahasa Indonesia yang
dipersoalkan dalam makalah ini adalah lafal (baku) yang dianggap baik untuk
digunakan ketika berbahasa Indonesia baku dengan memakai bunyi sebagai
sarananya baik dengan cara berbicara maupun dengan cara membaca.
Ciri-Ciri
Bahasa Baku
1. Komunikasi
resmi, yakni dalam surat menyurat resmi, surat menyurat dinas,
pengumuman-pengumuman
yang dikeluarkan oleh instansi resmi, perundang-undangan, penamaan dan peristilahan
resmi, dan sebagainya.
2. Wacana
teknis seperti dalam laporan resmi, karang ilmiah, buku pelajaran,
dan sebagainya.
3. Pembicaraan
didepan umum, seperti dalam ceramah, kuliah, pidato dan
sebagainya.
4.
Pembicaraan dengan
orang yang dihormati dan sebagainya.
Contoh-
contoh bahasa dan kata Baku :
1.
Surat anda sudah saya
terima.
2.
Acara berikutnya akan
kami putarkan lagu-lagu perjuangan.
Fungsi Lafal Baku
Bahasa Indonesia
Lafal merupakan perwujudan kata-kata
dalam bentuk untaian-untaian bunyi. Lafal merupakan aspek utama penggunaan
bahasa secara lisan. Dalam hubungan itu, lafal baku dapat dipandang sebagai
perwujudan ragam bahasa baku dalam bentuk untaian bunyi ketika berlangsung
komunikasi verbal secara lisan yang menuntut penggunaan ragam baku.
Persoalannya adalah peristiwa komunikasi lisan apa saja yang menuntut
penggunaan ragam baku.
Dari empat fungsi bahasa yang menuntut
ragam baku itu, hanya dua yang terakhir yang langsung berkaitan dengan
komunikasi verbal secara lisan. Dengan kata lain, lafal baku perlu digunakan
dalam pembicaraan di depan umum, seperti kuliah, ceramah, khotbah, pidato, dan
sebagainya. atau dalam pembicaraan dengan orang yang dihormati seperti pembicaraan
dengan atasan, dengan guru, dengan orang yang baru dikenal dsb.
Dalam
hubungan dengan fungsi sosial bahasa baku itu, Moeliono (1975) mencatat empat
fungsi pokok, yaitu:
·
fungsi pemersatu;
·
fungsi penanda
kepribadian;
·
fungsi penanda
wibawa;dan
·
fungsi sebagai kerangka
acuan.
Dengan
demikian,lafal baku sebagai perwujudan bahasa baku secara fonetis mempunyai
fungsi sosial sebagai pemersatu, penanda kepribadian, penanda wibawa, dan
sebagai kerangka acuan.
Pengikraran
bahasa Melayu (tinggi) sebagai bahasa Indonesia 70 tahun lalu merupakan
peristiwa bersejarah yang sangat penting dalam proses perkembangan bangsa
Indonesia yang bersatu. Sulit untuk dibayangkan apa yang akan terjadi dengan
bangsa Indonesia yang terdiri atas ratusan suku bangsa dengan latar belakang
kebahasaan yang ratusan pula dan menyebar di kepulauan Nusantara yang luas ini
jika tidak ada satu bahasa sebagai alat komunikasi antara satu dengan lain.
Kehadiran suatu lafal baku yang perlu digunakan sebagai tolok dalam berbahasa
lisan pada peristiwa-peristiwa tutur resmi yang melibatkan pendengar dari
berbagai kelompok suku tentulah merupakan suatu keharusan. Fungsi kepribadian
lafal baku akan tampak bila kita terlibat dalam pergaulan antarbangsa. Melalui
bahasa lisan seseorang, kita dapat mengenal apakah dia menggunakan logat asing
ataukah logat baku. Orang asing yang belajar bahasa Indonesia dapat saja
mencapai penguasaan bahasa Indonesia yang sangat baik namun itu biasanya
terbatas pada bahasa tulisan. Atau, kemungkinan lain, dapat saja kita terlibat
dalam percakapan dengan bangsa serumpun, misalnya dengan orang Malaysia atau
Brunei Darussalam. Dari segi perawakan tentu sulit untuk membedakan satu sama
lain, tetapi melalui logat/dialek yang digunakan kita dapat mengenal apakah
seseorang termasuk bangsa Indonesia atau tidak.
Fungsi
penanda wibawa lafal baku merupakan suatu fungsi yang mempunyai nilai sosial
yang tinggi dalam suatu masyarakat. Kemampuan seseorang dalam menggunakan lafal
baku cenderung akan ditafsirkan bahwa orang itu adalah orang terpelajar dan
karena itu patut disegani. Kewibawaan lafal baku tampak jelas dalam pergaulan
sehari-hari. Dalam senda gurau tidak pernah kita mendengar lafal baku dijadikan
bahan olok-olok. Pada umumnya yang kita dengar adalah logat (lafal) yang
bersifat kedaerahan.
Fungsi
lafal baku sebagai kerangka acuan berarti bahwa lafal baku dengan perangkat
kaidahnya menjadi ukuran atau patokan dalam berbahasa Indonesia secara lisan
pada situasi-situasi komunikasi yang resmi.
Faktor Penunjang dan
Penghambat Pertumbuhan Lafal Baku
Dengan
faktor pendukung pertumbuhan lafal baku di sini dimaksudkan semua faktor yang
dianggap memberikan dampak positif terhadap kehadiran lafal baku bahasa
Indonesia. Sebaliknya, faktor penghambat pertumbuhan lafal baku adalah semua
faktor yang dianggap memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan/kehadiran
lafal baku bahasa Indonesia. Oleh karena itu, pembicaraan pada seksi ini akan
mencoba mengidentifikasi beberapa isu atau masalah yang bertalian dengan lafal
baku kemudian melihat apa segi positifnya dan apa segi negatifnya. Masalah yang
bertalian dengan lafal baku yang akan disorot dalam hubungan ini meliputi:
Fungsi
bahasa Indonesia baku, termasuk lafalnya, sebagai alat pemersatu bangsa secara
umum dapat dikatakan telah berjalan dengan baik. Hampir sebagian besar bangsa
Indonesia telah dapat mengerti bahasa Indonesia. Namun, di sisi lain penetapan
bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan telah pula mengakibatkan sebagian
masyarakat yang belum menguasai atau dianggap belum mahir berbahasa Indonesia
secara tidak sadar telah menciptakan pengotak-ngotakan masyarakat bangsa ini
atas yang mahir berbahasa Indonesia dan yang tidak mahir berbahasa Indonesia.
Upaya untuk mengendalikan pertumbuhan bahasa melalui perencanaan bahasa
sesungguhnya merupakan upaya perencanaan perbedaan antara yang mahir dan yang
kurang mahir berbahasa Indonesia termasuk lafalnya.
Penilaian
ragam bahasa baku sebagai ragam yang berwibawa dan bergengsi dengan segala
konotasinya telah menjadi salah satu alasan mengapa perlu ada ragam baku dan
bahwa setiap warga negara perlu diberi kesempatan yang sama untuk mempelajari
dan menguasai ragam bahasa baku, termasuk lafal baku itu.
Upaya Pembakuan Lafal
Bahasa Indonesia
Adanya ragam
baku, termasuk lafal baku, untuk bahasa Indonesia merupakan tuntutan Sumpah
Pemuda dan UUD 1945. Pengikraran bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan dengan
nama bahasa Indonesia menuntut setiap orang Indonesia untuk bisa berkomunikasi
satu sama lain baik secara lisan maupun secara tertulis dalam bahasa persatuan.
Penetapan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara berarti bahwa segala bentuk
kegiatan dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara dilakukan
dalam bahasa Indonesia. Semua kegiatan komunikasi verbal dalam bahasa Indonesia
itu, secara lisan atau secara tertulis, hanya akan mencapai hasil yang baik
jika ada semacam rujukan yang dimiliki bersama--dalam hal ini ragam baku bahasa
Indonesia. Untuk keperluan berbahasa lisan tentu saja dibutuhkan lafal baku.
B.
Kata Tidak Baku
Menurut
Suharianto Bahasa tidak Baku (nonstandar) adalah salah satu variasi bahasa yang
tetap hidup dan berkem-bang sesuai dengan fungsinya, yaitu dalam pemakain
bahasa tidak resmi.Pembahasan ragam
bahasa tidak baku oleh penulis tidak akan secara lebar diterangkan, karena
ragam bahasa baku merupakan sistem paradoks dari bahasa baku. Berdasarkan
penggunaannya bahasa ini lebih banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
dalam percakapan santai.
Berikut
adalah penyebab ketidakbakuan kalimat
dalam Bahasa Indonesia :
Ø
PEMBOROSAN PENGGUNAAN
KATA
Kemarin dia bertanding di Beijing di
mana ia kalah angka.
Kemarin, dia bertanding di Beijing dan kalah.
Tujuan daripada pertemuan itu adalah pembuatan kesepakatan.
Tujuan pertemuan itu adalah pembuatan kesepakatan.
Kemarin, dia bertanding di Beijing dan kalah.
Tujuan daripada pertemuan itu adalah pembuatan kesepakatan.
Tujuan pertemuan itu adalah pembuatan kesepakatan.
Ø
PENGGUNAAN KONJUNSI
GANDA
Karena,
maka
-
Karena nilai kurang
dari batas minimal, maka Ia tak dapat diterima sebagai siswa. Karena sakit maka
Ia tidak masuk sekolah
Meskipun,
tetapi
-
Meskipun kita tidak
berperang, tetapi kita harus waspada. Meskipun turun
hujan,
tetapi Ia pergi juga ke sekolah.
Walaupun,
namun
-
Walaupun keringat
membasahi seluruh badan, namun ia tetap bekerja.
-
Walaupun mereka maju
bersama-sama, namun mereka belum dapatmengalahkannya.
Ø PELESAPAN
SALAH SATU FUNGSI KALIMAT
-
Ketika diangkat menjadi
ketua organisasi, tidak memperlihatkan kelebihannya.
-
Ketika diangkat menjadi
ketua organisasi, dia tidak memperlihatkan kelebihannya.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai kesimpulan dari makalah ini
adalah dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa kata baku adalah kata
standar yang benar menurut dalam pembahasan bahasa Indonesia yang menjadi
bahasa standar dan acuan yang digunakan sehari-hari dalam masyarakat.dan
digunakan dalam percakapan resmi. Sedangka bahasa yang tidak baku, yaitu bahasa
yang digunakan dalam percakapan sehari-hari.
B. Saran
Dengan demikian sebagai penulis makalah
ini kami meminta saran dan kritik dimana masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki
agar teman-teman Mahasiswa yang membaca ataupun Dosen pembimbing
agar memberikan masukan demi kesempurnaan penulisan Makalah yang berjudul “Kata Baku dan Tidak Baku”
DAFTAR PUSTAKA
Abdul
Chaer, (1984). Tata Bahasa Pendidikan Bahasa Indonesia. Laporan penelitian
untuknpusat pembinaan dan pengembangan Bahasa. Bahasa Indonesia Baku. Jakarta:
FPBS-IKIP Jakarta